Ticker

50/recent/ticker-posts

Ad Code

𝐇𝐚𝐥𝐨 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐃𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐧𝐞𝐥 𝐁𝐥𝐨𝐠𝐠𝐞𝐫 𝐔𝐬𝐚𝐡𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐝𝐢𝐝𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐧𝐚𝐤 𝐊𝐮|𝐑𝐞𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐬𝐢 𝐆𝐚𝐦𝐞 𝐎𝐧𝐥𝐢𝐧𝐞 𝐑𝐞𝐬𝐦𝐢 (𝐏𝐀𝐑𝐀𝐃𝐀𝟒𝐃)|𝐌𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝐃𝐞𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭 𝐑𝐏.𝟓𝟎𝟎𝟎|𝐌𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐃𝐞𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭 𝐏𝐮𝐥𝐬𝐚|𝐘𝐮𝐤 𝐆𝐚𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐉𝐮𝐠𝐚 !!

5 PERBEDAAN TERNAK AYAM BROILER DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH

Ayam broiler adalah jenis ayam yang dibudidayakan secara khusus untuk menghasilkan daging. Ayam broiler memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, hanya memerlukan waktu sekitar 30–35 hari untuk mencapai bobot yang siap panen.

Lokasi pemeliharaan ayam broiler dapat mempengaruhi produktivitasnya. Dataran tinggi dan dataran rendah memiliki karakteristik iklim yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula dalam budidaya ayam broiler. Berikut adalah perbedaan ternak ayam broiler di dataran tinggi dan dataran rendah.

1.Tingkat Konsumsi Pakan

Ayam broiler yang diternak di dataran tinggi cenderung memiliki tingkat konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diternak di dataran rendah. Artinya, ayam broiler di dataran tinggi makan lebih banyak daripada ayam broiler di dataran rendah.

2.Konversi Pakan atau FCR

FCR di dataran tinggi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan di dataran rendah. Hal ini seringkali menjadi fakta menarik dalam pemeliharaan ayam. Fenomena ini bisa disebabkan oleh sejumlah faktor lingkungan seperti suhu yang lebih rendah di dataran tinggi yang mempengaruhi metabolisme ayam. Oksigen yang lebih sedikit di dataran tinggi juga mempengaruhi bagaimana ayam mencerna dan memanfaatkan pakan.

Idealnya, angka FCR yang baik untuk ayam broiler berada di sekitar 1.5. Angka ini menunjukkan bahwa ayam memanfaatkan pakan dengan efisiensi yang baik, di mana setiap 1,5 kilogram pakan yang mereka konsumsi digunakan untuk pertumbuhan dan produksi. Oleh karena itu, pemantauan FCR yang baik sangat penting dalam memastikan efisiensi produksi yang optimal pada peternakan ayam broiler

3.Tingkat Kematian

Di dataran tinggi, ayam broiler cenderung mengalami tingkat kematian yang lebih rendah karena suhu yang lebih sejuk membantu mengurangi stres panas pada ayam. Namun, suhu yang ekstrem, baik terlalu dingin maupun terlalu panas, dapat mempengaruhi kesehatan ayam dan meningkatkan risiko deplesi. Pengaturan suhu lingkungan yang optimal menjadi kunci untuk mencegah deplesi pada ayam broiler di dataran tinggi.

4.Perbedaan Daging

Di dataran tinggi, daging cenderung memiliki pH lebih tinggi daripada di dataran rendah. Ini mempengaruhi keempukan, warna, dan kemampuan daging dalam menahan air (Water Holding Capacity/WHC). 

Water Holding Capacity (WHC) pada daging di dataran tinggi lebih baik, menunjukkan kemampuan daging dalam mempertahankan kandungan air dan nutrisi yang lebih baik.

Penyusutan daging di dataran tinggi ketika dimasak lebih rendah , artinya kehilangan cairan dan nutrisi saat memasak lebih sedikit.

Kehilangan cairan (Drip Loss) pada daging di dataran tinggi juga lebih rendah, menunjukkan bahwa daging di dataran tinggi memiliki kehilangan air dan nutrisi yang lebih sedikit.

Warna daging pada bagian dada dan paha cenderung lebih gelap di dataran tinggi, menandakan perbedaan warna daging antara dataran rendah dan tinggi

5.Pertambahan Bobot Badan 

Pada umumnya, pertambahan bobot badan ayam broiler lebih tinggi di dataran tinggi daripada di dataran rendah. Perubahan suhu lingkungan memengaruhi pertumbuhan dan kualitas daging. Penurunan pertumbuhan berhubungan dengan penurunan konsumsi pakan dan peningkatan konsumsi air saat ayam mengalami panas. Saat suhu meningkat, ayam membuang panas melalui penguapan dan napas. Suhu yang optimal untuk ayam broiler berusia 3-5 minggu adalah antara 18-23°C agar dapat tumbuh secara optimal.


Posting Komentar

0 Komentar