Telur balut adalah telur yang telah dibuahi dan dierami selama 14–21 hari sebelum dimasak atau direbus. Pada tahap inilah embrio yang ada di dalam telur mulai terbentuk sebagian, bahkan ada yang sudah mempunyai tulang dan bulu. Rasa telur ini disebut-sebut gurih dan kaya protein, membuatnya populer sebagai sumber energi atau camilan tradisional.
Belakangan ini, telur balut banyak muncul di media sosial, terutama TikTok dan Instagram. Influencer atau Seleb mulai mencoba dan memberikan review, baik yang baru pertama kali mencoba atau yang sudah mencoba berkali-kali. Makanan unik yang dikenal sebagai telur berembrio ini dianggap sebagai tantangan kuliner ekstrem. Banyak orang merasa penasaran dan akhirnya mencoba balut karena bentuknya yang tidak biasa, yaitu telur itik atau ayam yang sudah berisi embrio setengah berkembang.
Fenomena ini mengundang rasa ingin tahu lebih, terutama dari generasi muda yang senang mencoba makanan ekstrem. Apakah telur balut aman dikonsumsi? Dan apa sebenarnya kandungan gizinya? Mari kita bahas!
Asal-Usul dan Budaya Konsumsi Telur Balut
Telur alut sudah lama dikenal di negara Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Di Filipina, balut menjadi bagian dari kuliner sehari-hari, bahkan dianggap sebagai sumber energi dan stamina. Di Indonesia sendiri, balut cukup umum di beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Kalimantan.
Tradisi makan balut seringkali dikaitkan dengan kepercayaan lokal—misalnya dianggap bisa meningkatkan vitalitas pria atau mempercepat pemulihan tubuh. Kini, popularitas balut tidak hanya terbatas secara tradisional, tetapi juga mulai naik karena efek viral di media sosial.
Perbandingan Gizi Telur Balut vs Telur Biasa
Secara nutrisi, telur balut memiliki kandungan protein dan lemak yang lebih tinggi dibanding telur biasa. Menurut data dari Philippine Food Composition Table (FNRI), satu butir telur balut berukuran 75 gram mengandung:
- Protein: 13–17 gram
- Lemak total: 11–14 gram
- Kolesterol: hingga 600 mg
- Zat besi dan fosfor: cukup tinggi
- Vitamin A dan B-kompleks
Sedangkan telur ayam biasa (60g) mengandung sekitar 6 gram protein dan 5 gram lemak. Artinya, balut bisa menjadi sumber energi yang lebih padat, namun juga membawa risiko jika dikonsumsi berlebihan karena kandungan kolesterolnya yang tinggi.
Apakah Aman Dikonsumsi?
Secara umum, telur balut aman dikonsumsi asalkan dimasak hingga benar-benar matang dan disimpan dengan cara yang benar. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Risiko kontaminasi bakteri: Jika disimpan dalam suhu tidak tepat, telur balut bisa menjadi media pertumbuhan bakteri seperti Salmonella.
- Kandungan kolesterol tinggi: Seperti telur pada umumnya, balut memiliki kadar kolesterol yang cukup tinggi, sehingga tidak disarankan dikonsumsi berlebihan.
- Tidak disarankan untuk ibu hamil atau lansia: Karena risiko infeksi bakteri dan kolesterol, beberapa pakar kesehatan menyarankan untuk menghindari makanan seperti ini pada kelompok rentan.
Referensi: USDA FoodData Central dan artikel jurnal Food Control (2019) menekankan pentingnya pengolahan telur setengah matang secara higienis.
Regulasi dan Keamanan Telur Balut di Indonesia
Telur balut belum dilarang dikonsumsi atau bahkan dijual di Indonesia karena belum ada regulasi nasional yang mengatur hal ini secara khusus. Namun, karena sifatnya yang unik (mengandung embrio hidup/mati), beberapa daerah di Indonesia mempunyai pandangan berbeda terkait etika atau standar kebersihan dalam produksi dan distribusinya.
Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), makanan hewani termasuk telur harus memenuhi standar keamanan pangan seperti tidak terkontaminasi bakteri dan tidak melewati batas kandungan mikroba (Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2023 tentang Kategori Pangan). Telur balut yang dijual harus berasal dari peternakan bersertifikat dan diproses secara higienis.
Meski belum masuk dalam daftar makanan yang dilarang, mengonsumsi telur balut sebaiknya tetap memperhatikan kebersihan, usia embrio, dan cara memasak supaya aman untuk dikonsumsi.
Jadi Ini Kesimpulannya!
Telur balut memang menarik dan cukup unik, apalagi setelah viralnya di media sosial. Namun, sebelum mencoba, penting untuk memahami kandungan gizinya dan memastikan cara pengolahannya aman. Konsumsi dalam jumlah wajar dapat memberikan manfaat, terutama protein dan zat gizi lainnya, tapi perlu diimbangi dengan kesadaran akan risiko kolesterol tinggi dan kebersihan produk.
Jadi, kalau kamu penasaran untuk mencoba, pastikan kamu tahu asal usul dan cara mengolahnya dengan benar. Telur balut bisa jadi pengalaman kuliner baru yang aman dan bergizi, asal dilakukan dengan bijak bagi sebagian orang.
0 Komentar